Kerusakan Moral dan Kepunahan Massal Peradaban Bangsa Kita (Bag. 2)



Sebuah Cerita Tentang Budaya Negri

Anda mengenal ketapel ? bagi kita yang lahir sebelum tahun 90-an pasti mengenal. Bagi anak sekarang (generasi 2000 ke atas) mungkin istilah ini seperti istilah asing yang tak tahu menahu seperti apa bentuknya. Padahal itu adalah sebutan untuk mainan anak-anak jaman kita dahulu . Ketapel senjata mainanku yang paling memberikan kenangan terindah pada masa laluku yang tertinggal. Ketapel merupakan senjata asli budaya indonesia yang harus kita lestarikan karena jika tidak dilestarikan maka ketapel akan punah dan begitu juga dengan budaya bangsa asli Indonesia yang lainnya. Ketapel merupakan mainan masa laluku yang paling memberikan kenangan. ketika itu tahun 2003, aku dan  sahabatku  bermain ketapel disawah sambil berlari kesana kemari dipematang sawah, angin sepoi-sepoi dan langit cerah menandakandan musim kemarau dan saat  petani musimnya menanam tembakau. Di tengah suasana damai itu dihibur pula suara-suara gemercik air sungai disahut suara burung yang bermacam-macam.  Dan sejuknya pepohonan yang rimbun menambah damainya jiwa. Dan kurang lebih 10 tahun telah berlalu dari sekarang. Segala telah berubah dan segala telah hilang.  


Sekali lagi pada saat itu merupakan hal yang masih teringat dalam sebuah memori ingatan saya dan ketika itu aku masih kelas 5 sd. ketapel merupakan mainan anak militer-militeran yang diperlukan untuk membuat alat ini adalah hanya memerlukan kalep (bekas ikat pinggang), kayu bercabang dan karet pentil saja yang tidak harus menghabiskan uang lebih dari 2.000 rupiah dan berbeda keadaan jaman sekarang yang mainan harus membeli dari pabrik sehingga anak-anak kita menjadi orang tidak kreatif dan konsumtif. Dan dahulu, ada lagi yang bermain layang-layang, kelereng, petak umpet, main boneka kayu dan sebagainya.

Dan sekarang yang aku lihat anak-anak sudah tidak mengenal permainan penuh makna seperti itu. Tempat nongkrongnya saja sudah beda. Dahulu anak-anak nongkrong disawah, kebun dan lapangan kalau jaman sekarang mejeng pinggir jalanan, main kewarnet dan main ke tempat game bahkan yang remaja sudah kenal nongkrong dikafe dan tempat karaoke. Sungguh sebuah perdaban bangsa ini yang telah punah dan tergantikan peradaban baru dari barat.

Selain itu ada pepatah dari kakekku begini " Anak dulu mainannya buat sendiri, anak sekarang ditipu teknologi". entah kapan kita sadar bahwa dari budaya kecil saja kita tidak mau melestarikan apalagi budaya khas suku kita bangsa indonesia, bahkan menurut ahli pengamat budaya Generasi penerus kita tak ada yang menyukai budaya dari kita sendiri malah suka budaya barat yang merusak moral.

Tentu saja akibat yang ditimbulkan dari hal tersebut tidak sedikit yaitu selain kita menjadi bangsa yang rusak moralnya, bodoh dan mudah diperbudak ternyata kekayaan kita berwujud beragam budaya juga banyak dirampok bangsa lainnya. Contohnya satu saja malaysia menganggap tari budaya pendet adalah murni budaya negara itu, padahal itu murni dari bangsa kita sendiri, kebanyakan yang tanggap dengan masalah ini hanyalah orang orang yang berkepentingan dengan masalah budaya seperti mentri budaya dan sebagainya itu saja kinerjanya sangat kurang karena tidak didukung oleh masyarakat, bukankah masalah ini adalah masalah kita bersama, seharusnya kita sadar ini adalah masalah yang harus ditanggapi oleh semua generasi penerus bangsa ini, akankah kita biarkan semua budaya murni kita yang merupakan salah satu kekayaan negara kita ini digerogoti oleh waktu di curi bangsa lain akhirnya kita dianggap menjadi bangsa yang tidak bermoral dan berbudaya oleh bangsa dunia.



Marilah kita mulai belajar bagaimana mengatasi masalah ini marilah dari sedikit demi sedikit kita perdalami budaya kita ini bagaimanapun caranya,marilah kita kurangi budaya barat yang semakin merusak moral dan menipudaya hati dan pikiran kita sehingga, ambil pelajaran positif saja dari budaya barat jangan sampai kitaterkena dampak negatifnya, walau semua itu sulit dihindari, tapi siapa yang akan menjaga semua itu kalau bukan kita sendiri para generasi muda penerus bangsa.

Sebuah Peradaban Bangsa Kita Yang Telah Punah

 Jaman modern adalah jaman kebebasan tanpa batas dan tiada mengindahkan nilai-nilai moralitas. Sebuah zaman yang penuh dengan perubahan sosial yang cepat. Dan sekarang ini  ternyata hidup itu tidak seindah dulu meski jaman telah maju.

Aku melihat dunia ini semakin sepi dari peradaban dunia anak-anak lugu, polos dan yang menyenangkan. karena kulihat sekitar Desaku anak-anak SD saja tak adalagi yang mau pergi kesawah untuk membantu orangtuanya apalagi yang dilingkungan perkotaan. Sehabis pulang sekolah langsung nonton TV, nge-game, atau sms-an pakai hp. Apalagi mereka yang sudah Remaja mungkin hobinya pacaran, main motor kesana kemari sambil ngebut mengganggu lalu lintas jalan raya, kalau tidak ya nongkrong dijalanan sambil mengisap rokok bahkan miras. Sepulang sekolah bukannya langsung pulang langsung belajar tapi mampir dulu ketempat PS, Warnet, dan tempat karaoke. Sungguh sebuah pemandangan yang buruk untuk generasi jaman sekarang jika ditinjau dari segi moralitas pelajar. Dan sebuah ironi adalah bangsa kita ini yang katanya muslimnya terbesar jumlahnya ternyata semakin hari semakin terpuruk saja.

Sekarang ini ! masihkah ada yang mau melestarikan budaya kita? Dalam hal kecil saja contohnya tentang bermain ketapel. Adakah sekarang anak-anak yang mainannya selain HP, adakah yang masih bermain ketapel atau permainan tradisonal lainnya? kalaupun ada itu paling lingkungan pedalaman yang terpencil dari peradaban modern. 

Dulu aku masih menemukan anak-anak bermain kelereng, mancing ikan, main layang-layang, main bakon, ketapel, petak umpet, lompat tali, main boneka dan permainan tradisional lainnya. Kini semua itu telah diambil alih oleh dunia teknologi modern. Dan saya telah mengambil sebuah kesimpulan  kasar bahwa generasi saya (generasi 90-an) adalah generasi anak-anak terakhir waktu itu yang masih bisa menikmati warisan budaya nenek moyang.  

Sungguh hal itu adalah sebuah dunia yang telah hilang ditelan zaman. Karena lingkungan seperti ini akan jarang kita temukan. Banyak hewan telah punah entah kemana, lingkungan banyak kerusakan, banyak adab-adab kesopanan diabaikan, kesenjangan sosial makin tajam, ketidakpedulian diperturutkan, banyak bahasa daerah musnah, banyak permainan tradisional diambil alih oleh permainan Game elektronik dan lain sebagainya. Ternyata kesimpulan kasar yang kedua adalah ada banyak peradaban dinegri ini yang telah sirna meskipun manusianya masih hidup namun hakikatnya jati diri mereka telah mati. 

Sungguh mengenaskan. Kita dipaksa menjadi budak-budak budaya barat yang tidak mencerminkan perilaku sebagai manusia yang berperikemansiaan, adil, dan beradab. Namun ternyata bukan pemaksaan yang terjadi sesungguhnya malahan sebagian besar malah bangga dengan produk dan budaya luar negri dan malu terhadap segala yang ada dalam daerahnya sendiri. Itu artinya malu menjadi diri sendiri dan sudah hilang jati diri bangsa ini !. Kesimpulan kasar yang ketiga adalah bangsa indonesia telah menjelma (malih rupa kata orang jawa) menjadi bangsa barat  meskipun bangsa kita keturunan asli pribumi tetapi perilaku dan sikap tidak mencerminkan orang pribumi.

Contoh kecil saja ada hal kecil yang membuat saya tertawa namun sedih yaitu anak-anak abg kita cenderung hafal syair-syair lagu barat dan fasih berbahasa ala barat, akan tetapi tak tahu sama sekali syair-syair lagu daerahnya sendiri bahkan bahasa daerahnya sendiri saja ada yang tidak mengerti !. Contoh kecil saja anak kecil jaman sekarang cenderung hafal lagu "pacarku ada lima" (lagu band dewasa) daripada "balonku ada lima" (lagu anak-anak).

Sampai kapan cerita ini akan berakhir. Apakah nantinya bangsa kita tinggal cerita tanpa sedikitpun berbekas peninggalan sejarahnya untuk warisan anak dan cucu kita. akankah bangsa kita ini meskipun mengaku sebagai muslim terbesar didunia akan berakhir tragis seperti kaum-kaum yang binasa seperti yang diceritakan dalam al-Qur'an. Yaitu kaum luth, kaum tsamud, kaum ad dan sebagainya yang hancur peradabannya karena berawal dari rusak moralnya dan tidak mau beriman dan bertakwa kepada Allah satu-satunya Tuhan mereka.


Bahkan Budaya Luhur Islam pun Ikut Punah

Sepertinya budaya bangsa indonesia, contohnya budaya Luhur ajaran Islam yang mengajari adab-adab yang luhur yaitu  ajaran Rasul terakhir akan lenyap dimakan waktu. Misalnya budaya mengaji sehabis maghrib, salim kepada orang tua sebelum pergi, mengucapkan salam dan sapa kepada yang ditemui, berbahasa yang sopan dan santun, patuh kepada guru dan membantu pekerjaan orang tua, kajian kuliah subuh dan sebagainya. Semua itu saya melihat telah hilang ditelan waktu tidak seperti jaman dahulu yang masih ramai anak-anak seusia SD sampai SMA sehabis maghrib pada mengaji di masjid atau TPQ. bedanya dengan jaman sekarang habis maghrib malah nongkrong di warnet atau di pinggir jalan dan bahkan jarang anak-anak yang pergi kemasjid apalagi sholat 5 waktu. Yang dilarang orangtuanya keluar rumah bukannya belajar buku malah mainan Hp (sms / chattingan).

Bila kita mau memperhatikan sebagian besar penyebabnya yaitu terjadi karena generasi penerus tidak mau melestarikan budaya kita dan lebih suka budaya bangsa lain khususnya budaya kebarat-baratan dengan segala gaya hidup yang glamour dan tidak mengenal adab dan kesopanan seperti gaya hidup hewan yang penuh dengan pemikiran materialisme, individualisme dan perusakan moral. Yang bercirikan "gengsi gede-gedean", misalnya pergi ke masjid gengsi ! main ke diskotik dibilang gaul, pergi mengaji dibilang gengsi ! main game online dibilang gaul,  berbahasa sopan gengsi ! berbahasa amburadul dibilang gaul,  belajar buku dibilang kuper ! nongkrong di pinggir jalanan sambil gitaran dibilang keren, berpenampilan sopan dibilang jadul berpenampilan seronok dibilang mengikuti tren zaman dan sebagainya !. Yang baik dibilang jelek yang jelek dibilang baik. Itulah tipudaya syaiton yang tidak kita sadari.

Hal itu terjadi karena generasi kita telah banyak terpengaruh oleh tontonan yang menjadi sebuah tuntunan yaitu sinetron televisi, atau media hiburan dan komunikasi seperti Hp dan Internet. Karena setiap hari setiap waktu, bahkan tak terlewat sedetikpun anak-anak kita sebagian besar menghabiskan waktunya didepan layar TV atau layar komputer dan Hape.  Ditambah lagi orang tua yang acuh tak acuh dengan pendidikan secara islami kepada anak-anaknya.

Lalu bagaimana dengan nasib mereka segelintir orang yang sedikit, yang masih peduli dengan budaya daerah sendiri dan budaya Islam khususnya. Tentu saja orang seperti ini akan seperti alien (makhluk asing) didaerahnya sendiri. Karena sendirian ditengah keramaian. Tiada berteman ditengah banyak orang. Lalu jika mereka menyampaikan nasehatnya kepada teman-teman atau masyarakat yang diperoleh hanya hujatan dan perkataan yang menyakitkan. Sebuah ujian yang menuntut kesabaran bagi para aktivis dakwah di era globalisasi ini. Belum lagi akan dikucilkan masyarakat sekitar dan sebagainya. Itulah jaman sekarang! yang jelek disanjung yang baik dicela!. 


Pengaruh Negatif Teknologi Dengan Moral Manusia

 Memang teknologi sekarang ini lebih banyak menimbulkan dampak negatif dalah satu contohnya adalah kemajuan teknologi informasi dengan alat yang di sebut HP atau telepon genggam dahulu hp tidak secanggih sekarang ini dan fungsinya hanya untuk alat komunikasi dan yang mempunyai alat ini hanya orang tertentu. tapi kita bisa lihat sekarang jarang orang tidak punya alat ini dari anak yang masih balita sampai orang tua lapuk yang sudah bau tanah.


Hp yang sekarang karena kecanggihan teknologi dapat digunakan multifungsi dengan dengan fitur yang semakin canggih seperti kamera, pemutar music, dan fitur yang semakin mengarahkan pelencengan funsi utamanya yaitu untuk alat komunikasi malah beralih menjadi media hiburan tak terbatas,lebih parah lagi banyak disalah gunakan seperti untuk menonton porno, pacaran lewat HP, bisnis gelap dan banyak yang tidak bisa disebutkan karena mungkin terlau banyak efek negatif daripada positif. 

Maraknya tindakan kriminal seperti pacaran, mbolos sekolah, pemerkosaan, seks bebas, narkoba, tawuran dan sebagainya secara langsung atau tidak sebagian besar adalah pengaruh perkembangan teknologi yang negatif, karena perilaku seperti itu biasanya adalah didikan dari media hiburan kepada anak-anak belum umur padahal namanya saja “anak-anak” tentu saja apa saja yang dilihat mudah ditiru apalagi yang negatif. Karena kita melihat media hiburan televisi seperti sinetron sungguh tidak ada acara yang mendidik tetapi justru mengarah kepada tuntunan kerusakan moral apalagi internet tentu saja lebih parah karena video porno banyak diakses melalui internet dan juga telepon genggam yang ada fitur pemutar videonya. Jaman modern ini ternyata perilaku negatif sangat cepat menyebar bila dibandingkan dengan era zaman dahulu sebelum teknologi muncul.

Pernyataan diatas baru contoh kecil saja belum dari media teknologi lain, memang semua kecanggihan teknologi memperdaya pikiran dan hati kita sehingga kita tidak mampu membuaka mata hati apa dan siapa diri kita , untuk apa kita hidup didunia. Tanpa kita sadari bencana dari dalam (kerusakan moral) maupundari luar (rusaknya alam) merupakan akibat dari ulah kita sendiri. Dan ketidakpedulian diri kita terhadap budaya dan moral bangsa yang sudah mulai hancur.

Memang takkan ada akhir untuk menjelaskan tulisan ini tapi mari dengan uraian yang hanya sekelumit ini menyadarkan kita supaya jangan terlalu menggantungkan diri dengan teknologi carilah gaya hidup yang bermanfaat bagi dunia akhirat. akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan, saya menunggu komentar dari pembaca yang budiman untuk menyumbang saran maupun kritik.


Sebuah Kewajiban Orang Tua Yang Dilalaikan

Sungguh kerusakan moral remaja sekarang ini karena ada faktornya. Banyak faktor-faktor yang dapat membuat moral anak rusak, dari faktor internal (yaitu perkembangan fisik dan mental si anak) dan faktor eksternal (faktor keluarga dan pergaulan). Justru  yang paling besar pengaruhnya adalah faktor perhatian orang tua dirumah, sehingga merembet kurangnya perhatian orang tua dengan baik buruknya pergaulan anaknya dengan teman-teman disekolah dan lingkungan sekitar rumah. Siapa bilang jadi orang tua itu mudah?  Memang dijaman globalisasi ini akan lebih sulit untuk mendidik anak menjadi generasi sholih dan sholihah dibandingkan jaman dahulu sebelum munculnya era modern. Ditambah pemikiran orang tua sekarang ini salah kaprah yaitu pemikiran yang penting anak bisa sekolah dan diberi uang saku tiap hari,  lalu membiarkan anaknya tersibukan oleh kegiatan belajar  disekolah , sehingga orang tuanya juga bisa mempunyai waktu yang penuh seharian untuk memburu harta benda alias menyibukkan waktunya pontang-panting banting tulang bekerja tanpa merasa ada sedikit beban pekerjaan utamanya terlintas dibenaknya.

Faktor yang lain adalah teman pergaulan. Pergaulan sangat penting untuk membentuk karakter anak oleh karena itu orang tua harus memperhatikan dengan siapa anaknya bergaul. Anak yang rajin dan pandai bisa jadi anak pemalas dan nakal karena terpengaruh dengan ajakan temannya yang tidak baik. Yang berawal dari bergaul kemudian ikut-ikutan yang ngawur biar dikatakan gaul oleh teman-temannya. Akhirnya mereka yang mulanya dianggap penurut, rajin belajar, rajin sholat dan sebagainya oleh orang tua mereka menjadi anak pembantah dan nakal hal itu tidak lain dan tidak bukan hanyalah karena pergaulan dengan teman-teman yang nakal sehingga mereka ikut-ikutan nakal juga, hal tersebut harus menjadi perhatian orangtua selain mengajarinya adab dan pelajaran yang baik dirumah orang tua juga harus tidak bosan-bosan  memperhatikan pergaulannya dengan teman-temannya diluar rumah baik itu dilingkungan sekitar rumah maupun disekolah.
Hal tersebut sesuai apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW, tentang bahayanya pergaulan dengan teman yang tidak baik, karena dikawatirkan sifat jelek temannya juga akan menular .

”Kawan pendamping yang sholeh ibarat penjual minyak wangi. Bila dia tidak memberimu minyak wangi, kamu akan mencium keharumannya. Sedangkan kawan pendamping yang buruk ibarat tukang pandai besi. Bila kamu tidak terjilat apinya, kamu akan terkena asapnya.” (HR. Bukhari)

Kewajiban orang tua  kepada anaknya tidak hanya memberikan makan dan minum setiap hari hingga anak menjadi besar tapi kosong pikirannya alias menjadi bodoh. Akan tetapi justru yang paling penting adalah pendidikan mental dan spiritual anak, atau dalam istilah tren sekarang ini adalah “pendidikan karakter”. Sebenarnya pendidikan semacam itu tidak lain dan tidak bukan adalah pendidikan mengajari anak adab-adab yang baik, dari dia kanak-kanak sampai menginjak dewasa . Sehingga sifat-sifat yang baik menjadi karakternya atau kebiasaan dia  sehari-hari sampai dia dewasa sampai menjadi orang tua panutan bagi anak-anaknya dan mau mewariskan akhlaq yang baik kepada anak-anaknya. Dengan begitu budaya dan adab keislaman dinegri ini akan lestari.

Wallahu'alam


di postkan tanggal 07 Agustus 2012 /  19 Ramadhan 1433 H

Komentar

  1. memang itulah sebuah tanda kiamat

    BalasHapus
  2. katanya jaman sudah gila padahal manusianya yang tidak waras tapi menyalahkan zaman.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hukuman Bagi Pezina dan Siksaan Pedih Di neraka

Status Anak Hasil Perzinaan / Hamil Diluar Nikah

Kenikmatan Paling Besar di Surga Bukan Pesta Seks, Tapi MELIHAT ALLAH SWT