Kisah Dan Hikmah Islam : Siapa Peduli Dengan Nasib Pemulung ?
Nasib Para Kaum Pemulung Di era Modern !
(oleh : M. Ashabus Samaa'un)
MUKADIMAH HADITS
"Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa melepaskan dari seorang muslim satu kesusahan dari sebagian kesusahan dunia, niscaya Allah akan melepasakan kesusahannya dari sebagian kesusahan hari kiamat; dan barangsiapa memberi kelonggaran dari orang yang susah, niscaya Allah akan memberi kelonggaran baginya di dunia dan akhirat; dan barangsiapa menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aib dia dunia dan akhirat; Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya." (Hadits Riwayat Imam Muslim)
Penjelasan
Dari hadits diatas dapat kita ambil pelajaran bahwa ajaran islam sangat menganjurkan kepedulian sosial dan gotong royong dalam membangun masyarakat yang adil dan makmur. Yang kuat dianjurkan menolong yang lemah, yang kaya dianjurkan menolong yang miskin, dan yang yang lemah tidak boleh pasrah begitu saja, wajib bertawakal mencari rejeki semampunya. Muslim satu dengan muslim lainnya adalah saudara, diharamkan seorang muslim mencela, menghina dan menelantarkan muslim lainnya yang dilanda kesusahan atau musibah. Sebagaimana sabda nabi Muhammad saw
"Dari Abu Hurairah ra. dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.
(Hadits Riwayat Muslim)
Nah adapun kaitannya ajaran islam yang mulia ini dengan keadaan sosial yang terjadi pada masyarakat dewasa ini adalah sangat erat sekali. Sungguh ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW adalah ajaran yang sangat mulia dan mengajarkan aspek kehidupan masyarakat yang benar secara menyeluruh. Apalagi masalah sosial tentu saja lebih mendapatkan perhatian khusus dalam ajaran islam. Namun sedikit sekali yang bisa mengamalkan ajaran tentang kepedulian dan solidaritas sosial ini. Banyak yang hafal dan paham akan makna dan tafsir hadits ini namun barangkali hal tersebut cuman sekedar ilmu teori formalitas yang dijadikan bahan ajar dipesantren ataupun sekolah madrasah pada umumnya. Dalam prakteknya justru saya melihat keterbalikan antara teori dan kenyataan karena dalam kehidupan nyata kaum muslimin umumnya lebih cenderung mengikuti tradisi hidup orang kafir yaitu pola hidup individualisme dan materialisme.
Sungguh jika kita mau melihat keadaan. Kondisi sosial negara kita ini sangat memprihatinkan. Secara umum saja kita melihat bahwa dikota-kota besar banyak sekali kaum klonglomerat dengan gedungnya yang menjulang tinggi diatas langit. Namun ironis sekali disampingnya terdapat pemukiman-pemukiman kumuh yang dihuni mayoritas kaum pemulung dan anak jalanan. Itulah gambaran kecil betapa sudah semakin pudarnya rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial penduduk negri yang katanya mayoritas muslim ini. Belum lagi lebih jauh tentang korupsi yang merajalela oleh pejabat-pejabat yang menyelewengkan amanahnya sebagai pemimpin rakyat. Lengkap sudah penderitaan kaum rakyat jelata, sudah tertindas digerogoti pula.
Padahal sebagian besar pejabat negri ini adalah mayoritas beragama islam, namun barangkali "islam KTP". Mengaku beragama islam namun perbuatan dan akhlaq bertolak belakang dengan ajaran agama islam. Agama menurut mereka adalah sebagai kedok untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan kesempatan untuk mendapatkan kedudukan tinggi supaya mereka puas korupsi uang rakyat. Sungguh mereka telah menjual agama untuk kesenangan dunia yang sesaat. Memang fenomena tersebut telah dijelaskan Nabi Muhammad SAW sebagai sebuah tanda kiamat
"Cepat-cepatlah kalian beramal shalih (sebelum datang) fitnah seperti malam gulita. Seseorang pada saat itu pagi-pagi dalam keadaan beriman dan sore hari menjadi kafir, atau sore hari dalam keadaan beriman namun bangun pagi menjadi kafir.
Dan mereka menjual agamanya dengan harga dunia yang murah." (Hadits Riwayat Muslim)
Dan mereka menjual agamanya dengan harga dunia yang murah." (Hadits Riwayat Muslim)
Adapun maksud sabda nabi tersebut adalah betapa mudahnya dijaman sekarang ini orang islam menjadi kafir secara perbuatan ataupun secara keseluruhan karena perbuatan mereka menipu agama islam sendiri. Mereka lebih takut tidak mempunyai duit daripada takut tidak mempunyai iman. Mereka lebih suka memperkaya diri dengan harta daripada memperkaya amalan untuk bekal keakhirat. Mereka berpura-pura bijak dan menarik simpati masyarakat dengan mengatakan "demi Allah,.. saya berjanji untuk ini.. Demi Allah, .. saya berjanji untuk ..itu, setelah saya terpilih menjadi pejabat dsb. Kenyataannya setelah menjadi pemimpin rakyat mereka justru menghianati janji . Tidak saja mereka menghianati rakyat namun mereka juga berani menhianati janji dengan Allah SWT, karena mereka mengatakan demi Allah, demi Allah.. namun kenyataannya mereka ingkar dengan perkataan tersebut. Itu artinya mereka tidak punya rasa takut sedikitpun kepada hokum Allah SWT. Bukankah sama saja hal itu merupakan kekafiran hati dan perbuatan?. Namun mereka tidak menyadari hal itu. Mereka menggadai akhirat dengan dunia yang bandingannya tidak lebih mulia daripada seekor nyamuk dibanding kesenangan akhirat, Naudzubillah.
Namun disini kita tidak panjang lebar membicarakan masalah penyelewangan jabatan oleh sebagian pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut. Karena disini kita hanya akan membahas bahwa banyak sekali saudara-saudara kita yang sangat membutuhkan pertolongan kita yaitu para rakyat jelata, para kaum dhuafa terutama kaum pemulung yang taraf hidupnya sangat memprihatinkan. Yang sudah terjadi dengan dunia pemerintahan kita dan ketidakpedulian orang klonglomerat dengan kaum yang lemah sudahlah kita tak usah bahas disini nanti pembahasannya malah panjang. Itu urusan dan tanggungjawab mereka sama Allah SWT diakhirat kelak. Biarkan mereka menerima balasan yang setimpal karena telah menyia-nyiakan jabatan dan menyia-nyiakan harta sementara saudaranya yang terlantar tidak diperdulikan.
Saya tidak bisa panjang lebar menjelaskan arti dan ajaran hadits ini secara menyeluruh karena kita tahu perkataan Nabi adalah perkataan yang suci dan penuh dengan sejuta makna, apalagi keterbatasan pengetahuan saya sehingga saya hanya mampu mendeskripsikan maksud dan ajaran tersebut sampai disini. Namun, pelajaran kedua yang dapat kita ambil adalah sudah sepantasnya kita bersyukur terhadap segala karunia Allah SWT, karena ternyata masih banyak sekali saudara kita yang ternyata keadaanya jauh lebih memprihatinkan daripada kita. Wujud syukur yang dapat kita realisasikan adalah misalnya dengan cara membantu menolong mereka semampunya atau terlebih lagi jika diantara kita yang punya kelebihan harta yang banyak minimal bisa membantu sebagian dari mereka untuk mendapatkan sebuah tempat tinggal yang layak. Minimal mendo'akan kebaikan untuk mereka adalah sebuah hal yang berarti untuk mereka. Karena mereka sebagian besar adalah orang islam, mereka adalah saudara kita, jangan biarkan mereka terlantar dan dikucilkan. Mereka lebih membutuhkan uluran tangan kita daripada harta kita untuk membeli barang-barang yang tidak berguna dan foya-foya hiburan malam, nonton konser dsb. Coba bayangkan seandainya anda bernasib sama dengan mereka. Apakah perasaan anda ketika anda menderita kelaparan, sementara anda melihat yang punya kelebihan harta berfoya-foya dan berpesta pora. Tentu saja sangat menyakitkan.
Oleh karena betapa sangat dianjurkannya orang islam mempunyai kepedulian sosial maka pantas jika Rasulullah Saw mengatakan "bukan golonganku orang yang tidak peduli dengan urusan (nasib) kaum muslimin".
WAWANCARA DENGAN KOMUNITAS PEMULUNG
Dalam tulisan berikut akan kami cantumkan secara singkat tentang perjalanan pak Ali Amsah (salah satu teman saya) dalam mengkaji kehidupan sosial para pemulung melalui pengamatan langsung dan wawancara, semoga dapat menjadikan pelajaran berharga untuk kita semua dan semoga kita menjadi kaum yang pandai bersyukur akan segala keadaan yang telah Allah SWT karuniakan kepada kita. Berikut adalah Wawancara Bapak Ali Amsah (Mahasiswa S1) kepada salah satu komunitas pemulung didaerahnya.
1. Sejak kapan ibu bekerja sebagai pemulung ?
Sejak tahun 2002- sekarang
2. Bagaiamana pendapat ibu tentang kerja yang ibu kerjakan sekarang ? Maksud saya dengan pekerjaan yang ibu lakukan setiap hari sebagai pemulung?
Pekerjaaan ini menurut saya adalah pekerjaan yang sangat mulia dan halal . Karena pekerjaan yang saya kerjaan ini turut membantu masyarakat lain dalam membersihkan lingkungan, dan pekerjaan ini halal karena saya tidak mencuri barang milik orang lain. Walaupun pekerjaan ini menurut sebagian orang hina, tapi saya tidak tersinggung, karena dengan pekerjaan ini saya bisa menafkahi anak-anak saya setiap harinya.
3. Apakah pekerjaan sebagai pemulung ini menurut ibu adalah pekerjaan yang pantas buat ibu ?
Ya, pekerjaan ini memang pekerjaan yang pantas buat saya, karena selain itu saya sudah tak bisa apa-apa. Saya tidak punya pendidikan, saya tidak membaca dan menulis, dari situ saya tidak mungkin bisa bekerja ditempat lain. Misalnya saya tidak mungkin bekerja dipabrik, ataupun pelayan toko, disamping itu saya juga tidak punya pengalaman kerja yang patut dibanggakan.
4. Apakah ibu optimis akan bisa maju dengan pekerjaan seperti ini ?
Saya sudah pasrah dengan kehidupan seperti ini, umur saya sudah tua, seandainya hidup saya kedepan lebih baik, syukur Alhamdulillah, tetapi saya kurang yakin karena saya sudah tidak bisa bekerja seperti dulu, kuat dan tidak mengenal lelah.
5. Kendala apa yang paling berat dalam menjalankan pekerjaan sebagai pemulung ?
Kendala yang paling berat adalah jika musim hujan saya tidak bisa bekerja, disamping itu karena umur saya sudah tua, kalau saya bekerja terlalu berat saya gampang sakit.
6. Dalam kurun waktu 10 tahun ibu bekerja sebagai pemulung bagaimana pendapat ibu tentang waktu yang telah berlalu sekian lama ?
Biasa saja, saya merasa waktu yang sudah lewat tidak perlu dipikirkan lagi, saya merasa waktu itu sudah saya lewati dengan penuh kerja keras tanpa mengenal waktu. Kalau misalnya hidup saya masih seperti ini, hal itu sudah takdir dari Yang Maha Kuasa, jadi saya tidak bisa berbuat apa-apa.
7. Kalau dilihat dari jam kerja, ibu tidak mempunyai jam kerja yang pasti, kadang berangkat pagi pulang siang, kadang berangkat siang pulang sore dan kadang-kadang berangkat paling pulang malam. Apakah ibu tidak merasa bahwa waktu yang ibu pergunakan terbuang sia-sia?
Tidak, saya malah bangga. Karena waktu itu sudah bisa saya manfaatkan sebaik mungkin, saya tidak mengenal lelah dan tidak pernah mengeluh dengan jam kerja yang tidak jelas dan pasti. Kalau memang hasilnya masih jauh dari harapan saya tidak bisa berbuat apa-apa, semuanya saja serahkan kepada gusti Allah Yang Maha Kuasa.
8. Bagaimana tanggapan ibu dengan masa lalu ?
Saya merasa masa lalu saya suram. Karena kehidupan keluarga sangat miskin, orang tua saya bekerja sebagai petani sehingga tidak bisa menyekolahkan saya, yang imbasnya saya tidak bisa bekerja ditempat yang enak, bahkan sampai sekarang saya belum bisa menikmati hidup seperti orang lain.
9. Bagaimana dengan waktu yang sekarang ?
Sama saja. Baik dulu sampai sekarang saya merasa hidup saya suram dan saya merasa hidup itu tidak adil. Apalagi sekarang, yang bekerja membanting tulang untuk keluarga saya sendiri. Suami saya sudah tidak bisa bekerja karena sakit dan matanya sudah rabun dan tidak bisa melihat dengan jelas, setiap harinya hanya terbaring ditempat tidur.
10. Bagaimana dengan waktu yang akan datang ?
Saya tidak tahu. Saya sudah pasrah. Apapun yang terjadi dengan kehidupan saya dan keluarga nantinya saja sudah pasrah dan ikhlas menerimanya. Tapi pada intinya saya merasa bahwa hidup saya dari dulu sampai sekarang buruk dan tetap buruk walaupun saya sudah bekerja keras membanting tulang setiap harinya.
11. Jadi ibu merasa bahwa hidup ibu dari dulu sampai sekarang buruk dan pasrah menerimanya ?
Ya. Saya sudah pasrah, apapun yang terjadi saya menerimanya. Mungkin ini yang terbaik buat saya dan keluarga.
Dari kesimpulan hasil wawancara langsung tersebut penulis menyimpulkan bahwa mereka bekerja sebagai pemulung bukan karena impian mereka tetapi karena mereka sudah pasrah akan keadaan dan mereka hanya bisa mempertahankan hidup hanya dengan memulung sampah. Karena memang latar belakang pendidikan mereka yang rendah sehingga tak mampu untuk bekerja yang layak seperti masyarakat umumnya. Apalagi ditengah derasnya perubahan globalisasi ini tentu saja persaingan hidup semakin sulit sekali. Lapangan pekerjaan semakin sempit namun pencari kerja tiap tahunnya semakin membludak gak karuan. Yang intelek saja banyak yang tidak mendapatkan pekerjaan kemudian menganggur apalagi mereka yang belum pernah mengenyam pendidikan dibangku sekolah, seperti kisah ibu tadi yang memilih berprofesi dan pasrah menjadi pemulung, karena memang hal itulah satu-satunya cara pilihan mereka untuk mencari nafkah sehari-hari untuk keluarga mereka.
SEDIKIT TANGGAPAN PENULIS
Ditengah kerasnya kehidupan diera globalisasi ini. Ada pihak yang kaya raya banyak harta namun hidupnya hanya untuk sia-sia (misalnya hura-hura, narkoba, diskotik, sabu, pesta malam dsb) tidak memikir nasib sesamanya, Hidup mereka adalah untuk uang dan untuk bersenang-senang tidak pernah ambil pusing kepada nasib orang lain yang kelaparan. Dipihak lain ada komunitas masyarakat yang taraf hidupnya sungguh jauh dari kelayakan. Mereka adalah para komunitas pemulung dan para anak-anak jalanan yang mengais sampah dan mengemis untuk sesuap nasi. Mereka adalah kaum-kaum terbelakang dipandang dari pendidikan maupun kelayakan kehidupan sosial mereka. Mereka sangat membutuhkan bantuan dari mereka yang kelebihan harta dan kita semua yang masih punya rasa kepedulian terhadap sesama. Mereka punya impian yang besar yaitu hidup dalam kecukupan seperti masyarakat umumnya. Meski itu impian kecil namun hal itu itu harapan yang besar bagi mereka. Sementara kita yang kehidupannya jauh lebih baik daripada mereka hanya bisa mengeluh dan tidak mau mensyukuri keadaan.
Kita berharap komunitas pemulung dan anak-anak jalanan mendapatkan perhatian yang baik dari seluruh lapisan masyarakat. Baik itu dari masyarakat maupun para pemimpin setempat dan pemerintah yang bersangkutan. Paling tidak kita bantu mereka sesuai dengan kemampuan kita. Mungkin barangkali diantara kita ada yang kelebihan harta diharapkan mengulurkan tangannya untuk membantu mereka misalnya membantu memberikan tempat tinggal yang layak bagi sebagian komunitas mereka. Jika anda melihat secara akal yang sehat maka sesungguhnya pemulung itu adalah manusia juga seperti kita yang membutuhkan makanan, pakaian dan tempat tinggal yang layak. Latar belakang pendidikan mereka rendah bahkan ada yang tidak sekolah sama sekali apalagi juga tidak punya bekal ketrampilan yang cukup untuk bersaing dalam kehidupan diera modern ini. Sehingga karena keterpaksaan mereka dan demi sesuap nasi mereka tidak punya alternatif lain selain bekerja sebagai pemulung sampah.
Dengan sisa tenaga dan umur mereka, mereka berjuang mempertahankan kelangsungan hidup mereka dengan memunguti sampah yang tidak berguna dimata orang umumnya namun sangat berguna bagi mereka, karena dengan itu mereka mendapatkan rejeki untuk mempertahankan hidup mereka. Mereka rela tinggal dan pasrah bermukim di pemukiman kumuh karena memang mereka tidak punya tempat tinggal lagi dan apalagi masyarakat sekitar dan pemerintah sudah tak ada lagi yang mau memperhatikan kelayakan hidup mereka. Masyarakat terlanjur menganut budaya individualism dan materialism sehingga dikota-kota besar seperti Jakarta diatasnya gedungnya megah namun disampingnya terdapat pemukiman-pemukiman kumuh yang tak layak ditinggali manusia. Itulah dampak dari pemikiran individualism dan materialism yang telah mereja lela diperkotaan sehingga terjadi kesenjangan yang luar biasa.
Jika kita mau mengkritik keadaan sosial saat ini, maka dalam kalangan elit dan politik pemerintahan hanya sibuk memperkaya partainya sendiri dan mengumbar janji palsu, katanya mau mensejahterakan rakyat kecil padahal mereka setelah terpilih menjadi pemimpin rakyat malah memberatkan kehidupan rakyat misalnya ; BBM dan bahan makanan pokok dinaikkan harganya, pajak-pajak juga ditinggikan dsb. Kemudian Tokoh-tokoh agama hanya sibuk berbicara yang tidak perlu, sibuk berdebat, dan memperbesarkan partainya sendiri sama sekali tak terlintas sedikitpun untuk menolong mereka para kaum yang lemah. Apalagi masyarakat yang sudah terlanjur menganut system hokum rimba "siapa yang kuat ekonominya dialah yang menang." Otomatis masing-masing sibuk memperkaya diri sendiri tanpa memperhatikan dan peduli dengan nasib orang lain yang tertindas. Padahal manusia diciptakan untuk menjadi makhluk sosial oleh Tuhan Semesta Alam. Namun karena pembangunan sosial dan pembangunan ekonomi yang tidak dilandasi ketakwaan begitulah dampaknya.
Apalagi juga masyarakat sudah terlanjur menganggap mereka "sampah masyarakat" padahal mereka adalah pemungut sampah bukan sampahnya. Mereka juga manusia seperti kita yang membutuhkan kehidupan yang layak seperti kita.
Namun terkadang karena terpaksa mereka mencuri barang masyarakat misalnya jemuran, sandal, pakaian dsb itu karena mereka terpaksa. Jika mereka tertangkap kemudian masyarakat menghakimi mereka sampai babak belur sungguh itu adalah perbuatan yang sangat keterlaluan dan masyarakat harus menanggung dosa yang besar karena tidak memperdulikan nasib mereka dan main hakim sendiri padahal yang dicuri adalah barang sepele. Berbeda dengan keadaan sampah masyarakat yang sesungguhnya yaitu mereka para pejabat dan kalangan elit politik yang menyelewengkan jabatan untuk memperkaya diri mereka sendiri, sehingga triliunan uang rakyat mereka korupsi tidak memikirkan sebab akibatnya. Itulah dampak dari para tikus-tikus Negara yang menggerogoti uang rakyat bukannya semakin surut malah jika diperhatikan jaman sekarang ini tindak pidana korupsi semakin meraja lela. Dari kalangan pejabat desa sampai tingkat Negara ramai-ramai mengeruk uang rakyat tanpa merasa berdosa. Sehingga dampaknya adalah rakyat menderita kelaparan, kemiskinan dan kebodohan. Untuk mencari sesuap nasi saja kesulitan apalagi rakyat kecil disuruh mengenyam pendidikan sampai kuliah yang biayanya berjuta-juta. Tentu tidak mampu dan tidak bisa. Mereka pasrah dengan kenyataan hidup dan mereka hanya mampu bertawakal semampu tenaga dan pikiran mereka untuk mempertahankan hidup mereka dari memunguti sampah-sampah.
Marilah saudaraku yang masih punya kelebihan harta, hati nurani dan kepedulian sosial. Ulurkan tangan anda kepada mereka. Tidak memandang seberapa besarnya, tapi pandanglah keihlasan kita dalam membantu mereka. Hal itu akan sangat membesarkan hati dan menghibur mereka, karena masih ada sebagian orang yang mau memperdulikan nasib mereka, ditengah kerasnya perjuangan hidup diera modern ini. Saran kami kepada pemerintah dan para pemuka masyarakat yang bersangkutan, mereka adalah rakyat kalian jika kalian membiarkan mereka terlantar sementara kalian tahu keadaan mereka maka sungguh anda memikul beban dosa dan pertanggung jawaban diakhirat kelak dihadapan Allah SWT. Dunia ini tak lain hanya kesenangan sementara namun memperdaya dari kehidupan yang sesungguhnya yaitu akhirat. Saudaraku, kaum fakir dimanapun anda berada optimislah karena jika kalian sabar dan bertakwa maka sesungguh Allah SWT menjamin surga abadi untuk kalian. Rasulullah pernah bersabda "Aku menjenguk ke surga, aku dapati kebanyakan penghuninya orang-orang fakir-miskin …." (HR. Ahmad).
Semoga tulisan sederhana ini dapat memotivasi kita untuk meningkatkan keimanan kepada Allah dan menambah kepekaan sosial kita terhadap keadaan masyarakat dan semoga Allah menjadikan kita hamba-Nya yang pandai bersyukur karena Allah berfirman ""Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."(QS. 14:7)
Komentar
Posting Komentar